Welcome to my blog :)

rss

Sabtu, 27 Februari 2010

Kisah Penjual Bakso Goreng dan Seorang Anak Penjual Martabak Telor


Hujan mengguyur kota jakarta dan sekitar, petir dan guntur mengiringi setiap guyuran hujan. Teringat masa kecil dulu dimana jika hujan lebat seperti ini, berlarian sambil hujan2an bersama teman-teman sepermainan. Tak peduli suara petir tetap terus beriang sambil petak kumpet, basah kuyub hingga menggigil. Di pertengahan desa tidak jauh dari kota, tepatnya di jawa bagian utara dimana ada salah satu anggota keluarga yang dalam kesehariannya dengan kesederhanaan.

Bapaknya seorang penjual bakso goreng, dan di karuniahi putra 2, dan putri 1. Keluarganya sangat harmonis, meskipun ekonominya kurang mencukupi dan jarang terlihat kemarahan atau kecekcokan dalam rumah tangganya. Mereka selalu terlihata rukun dan mengajari kepada anak2nya, hal-hal yang baik dan yang tidak baik harus di tinggalkan. Karena bapak itu penjual bakso goreng, akhirnya penduduk setempat menyebut namanya dengan panggilan Basgor. Setiap paginya Pak Basgor harus bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan dagang jualannya, berkeliling sambil mengayun sepeda ke kampung sebelah bahkan sampai ke kota. Tapi meskipun demikian Pak Basgor sungguh rajin beribadah, dan jarang meninggalkan sholat, disaat waktu dhuhur Pak Basgor pulang sebentar untuk beribadah dan istirahat sejenak, dan akan di lanjutkan jualannya jealng sore hari. Penghasilannya tidak mesti, kadang kalau lagi rame bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan banyak, tapi jika dagangan lagi sepi cuman mengantongi keuntungan sedikit, cukup hanya untuk makan sampai sore. Jiwa seorang yang tak pernah ada kata putus asa, selalu berjuang mealwan kemiskinan, gigih dan menajdi teladan baik bagi penduduk setempat dan keluarganya khususnya.

Pak Basgor ini adalah tetangga rumah kami yang ada di kampung, karena para pemuda desa kami jarang ada yang di rumah, kebanyakan merantau ke luar kota, sehingga jika sholat akan di mulai Pak Basgor selalu dijadikan untuk Imam Musholah kami. Suaranya indah dan melenging seperti yang ada di TV, apalagi jika mengaji, Masyaallah suaranya menggetarkan seluruh kampung kami. Istrinya setia mendampingi suaminya meskipun hasilnya tidak seberapa, istri pak Basgor selalu ntrimo dan tersenyum menyambut sang suaminya yang pulang dari berjualan keliling. Rasa lelah dan letih tidak dihiraukan, meskipun keringatnya bercucuran sambil menggayuh sepeda. Jiwa seorang Ayah yang patut dibuat contoh, sesibuk apapun tidak pernah lupa akan ibadah dan ibadah.


Setelah anaknya sudah ada yang besar dan kira2 sudah Sekolah Menengah Pertama (SMP), mulai dari kelas 1 (satu) SMP, putra sulungnya namanya ANTO, anaknya pinter dan selalu rangking dikelasnya. Tidak minder meskipun bapaknya seorang penjual bakso goreng. Anto menekuni jiwa dagang dari seorang ayahnya, yaitu sehabis pulang sekolah Anto berjualan Martabak Telor dan satu martabak di hargai Rp 500 ( lima ratus rupiah), harga yang sangat murah dan di gemari anak-anak kecil bahkan orang dewasapun menyukainya, karena kekhasan dari citra rasa , yang rasanya gurih dan enak, jika di rasakan di lidah rasanya terasa banget dan tidak bosan untuk mencicipi Martabak Telor itu. Tetapi Anto dalam berjualan tidak sejauh Ayahnya, hanya mengelilingi perkampung saja dengan berjalan kaki, sambil meneriakkan barang dagangannya, Martabak Telor....Martabak Telor.........


Setelah kira-kira jam 5 sore, Anto bergegas pulang dan berkumpul kembali dengan keluarganya, kadang ada rasa iri di hatiku, dimana hanya dengan hidup yang serba pas-pasan, mereka tetap harmonis dan tidak saling menyalahkan atau mencela satu sama lain.

Waktu berlalu begitu cepat, kira-kira sudah hampir 1 tahun, Pa Basgor dan Anto anaknya menggeluti bidang usaha itu, dan ada hasil yang tak terduga, yaitu Pa Basgor bisa membeli tanah meskipun hanya tak luas, tapi rasa syukur itu tidak pernah lupa, dengan rajin menabung, menyisihkan sebagian hasil jualannya. dan Anto putranya menjadi anak teladan di sekolahnya, dan mendapatkan Beasiswa dari sekolah tersebut.

Sungguh perjuangan yang tak sia-sia, dengan tidak putus asa dan gigih serta tabah setiap dalam kehidupan, pedoman mereka yang penting apa yang mereka makan dan apa yang mereka lakukan itu khalal dan tidak merugikan orang lain, justru sikap dan kasih keharmonisan keluarga dan warga setempat menajdi contoh buat kita semua.
Janganlah sekali-kali meremehkan orang lain meskipun orang itu tidak mempunyai apa-apa, karena di dunia ini kita tidak sendiri, harus saling toleransi sesami dalam hal yang positip dan membangun jiwa kader-kader pemuda pemudi seperti jiwa Pak Basgor, sehingga penduduk akan selalu menghargai, tidak mengolok-ngolok sementara orang yang mencela itu belum tentu baik atau sebaliknya.

Hidup saling menolong satu sama lain, berdampingan di penduduk maupun di lapisan masyarakat, sehingga terjalin sikap keramah tamahan sesama, dimana itu semua menjadi wadah dan pedoman dalam menerapkan di lingkungan sekitar.

Terima kasih Pak Basgor, budi pekertimu dan kebijaksanaanmu, menggugahkan mata hati kami, yang kadang hanya memandang sebelah mata. Terima kasih Pak Basgor, karenamu pemuda dan pemudi kami menajadi giat kembali dan berduyung ke musholah.
Terima kasih ya Allah, Engkau telah kirimkan seseorang yang berhati bijak dan santun di dalam kampung kami, sehingga kami menjadi tergugah dan mendekatMU ya Robbi. Kasih sayangMU, dan perlindunganMu kami harapkan dan RidhoMu aku pinta di setiap aku melangkah dalam hidup, dan disetiap aku berdoa.

Amin ya robbal alamin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar