Welcome to my blog :)

rss

Kamis, 04 Maret 2010

Jiwa Keteladanan Seorang Nelayan



Sekilas menengok ke sebuah desa yang tempatnya agak jauh dari kota, tepatnya dekat pesisir pantai pantura, ada seorang keluarga hidup dengan kesederhanaan dengan 4 (empat) anggota keluarganya. Sang Ayah sebagai Nelayan, kedua anak dan putranya masih duduk di bangku sekolah, kira-kira kelas 1 (satu) dan kelas 3 (tiga) SMP. Sedangkan seorang wanita yang begitu lugu dan santun yaitu Ibu dari kedua anak tersebut seorang pedagang kelontong kecil2an dirumah sendiri. Mereka rukun dan sangat harmonis dalam membina keluarganya.

Sang Ayah bernama Pak Susmanto, mencari ikan dengan alat yang sangat sederhana dengan keterbatasan semua peralatan yang dibawa, tapi alhamdulillah setiap harinya selalu mendapatkan hasil pancingannya atau hasil tangkapannya di laut. Setiap harinya Pak Susmanto melakukan dengan rasa sabar dan ikhlas, tak terlihat adanya mengeluh atau melihatkan kejenuhannya kepada keluarganya. Kemudian perahunya diarahkan ketepian, dan Pak Susmanto bergegas melangkah untuk pulang kerumah. Pastinya semua yang ada dirumah menunggu kedatangan sang Ayah untuk melihat hasil tangkapannya. Mereka sungguh senang melihat sang Ayah berhasil mendapatkan ikan dan hasilnya sebagian di jual dan sebagian lagi dimasak untuk hidangan makan sekeluarga. Keharmonisan yang sungguh luarbiasa, aku melihat semua itu, dalam hati merasa iri dan ingin sekali seperti mereka, dimana selalu terjaga antara satu sama lain.

Mereka dengan lahapnya makan dengan rasa tersengak karena kepedasan, mereka sampai bercucuran keringat dan mereka akhirnya saling tatap muka dan tersenyum bareng-bareng. Lucu dan berbaur keindahan dalam suatu rumah tangga. Kadang Pak Susmanto mengikuti penyuluhan tentang perikanan dan cara yang baik sehingga tidak merugikan lingkungan alam sekitar. Belajar menghadapi situasi yaitu keadaan cuaca saat akan mencari ikan di laut, karena jika cuaca kurang baik itu sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan fatal jika tetap berangkat mencari ikan. Sebelum mulai berangkat, Pak Susmanto mengecek kembali alat pancingannya atau jaring untuk menangkap ikan, jika ada yang rusak akan menghasilkan ikan sedikit.

Cuaca memang tidak kita tentukan sendiri sudah ada yang menentukan yaitu Sang Khaliq, jika cuacanya bagus akan menghasilkan tangkapan yang banyak, tapi jika cuacanya kurang mendukung, hasil tangkapannya sedikit juga dan kadang pula tidak mendapatkan tangkapan ikannya. Jika tidak berangkat nelayan, Pak Susmanto membenahi alat tangkapannya dan membantu sang istri berjualan, kadang juga mencari kerjaan sampingan sehingga sewaktu-waktu tidak nelayan, ada penghasilan lainnya dan bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

Sang Ibu yang sangat gigih dan setia menemani sang suami dan mengabdi demi kelaurga tercinta. Kesehariannya Ibu Laila berdagang barang kelontong di rumah sendiri, dengna tempat yang seadanya dan cukup membantu meringankan beban sang suami. Hasilnya memang tidak seberapa, namun keihlasan dan kesabaran Ibu Laila dalam hidupnya yang membuatnya bisa bertahan dalam keluarga yang harmonis.

Kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian dan kisah Pah Susmanto, meskipun dalam keadaan yang sangat minim ekonomi, Pak Susmanto tak pernah kecil hati atau paah semangat, menghargai orang lain meskipun dengan jasanya yang tak seberapa. Di era globalisasi jaman sekarang yang serba canggih dan semuanya serba praktis, sungguh langka kita temukan orang yang seperti Pak Susmanto dan keluarganya itu. Sekecil apapun yang kita dapatkan tetap bersyukur dan bisa membuat orang senang dengan jasa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar