Dimasa yang tak pernah usai, merakit suatu kehidupan yang murni dimana mengharapkan apa yang di impikan. Dalam hati setiap manusia pasti akan demikian, seperti halnya dalam sebuah persahabatan yang mempunyai ikatan tali pati atau semacam saling mengisi kehidupan dikala di timpa suatu masalah, atau disaat membutuhkan seseorang yang bisa memberikan pendapat dalam hal yang membangun dan bijak. Akan tetapi jika persahabatan itu tidak dilandasi dengan keikhlasan atau hanya keterpaksaan, yaitu merasa iba atau kasihan. Semua itu akan hanya bersifat sementara dan akan cepat memudar, lambat laun akan terkikis dengan gulirnya waktu.
Jika persahabatan dengan ikhlas dan tanpa pamrih, akan terasa damai dan terjalin ikatan persaudaraan yang murni. Hidup memang kadang kala harus melewati setiap kerikil-kerikil kehidupan, mampukah kita melewati kerikil tersebut? Hanya dengan kegigihan dan kesabaran dalam menjalankan utnuk terus berusaha.
Terkadang kita mempunyai sahabat yang benar-benar seperti saudara kita sendiri, akan tetapi tidak tau kenapa, mungkin itu sudah garisan dari Allah, sahabat yang lama kupupuk dan kujaga tapi menusuk dari belakang dan mengotorinya yang mengakibatkan rasa kesal dan tidak mempercayainya lagi. Seperti pagar makan tanaman, istilah itu kadang sering kita dengar dan kita jumpai dalam menjalin sautu persahabatan.
Persahabatan itu indah dan berbahagialah, karena sahabat ibarat makan tanpa garam tidak akan ada rasa khas yang membuat masakan itu lezat, dan persahabatan sejati sesungguhnya tak pernah pamrih dan mengharap suatu imbalan dari ikatan persahabatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar